سنن الدارقطني ٣٠٥٨: ثنا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ أَبُو بَكْرٍ وَرَّاقٌ الْحُمَيْدِيُّ , نا الْحُمَيْدِيُّ , نا فَرَجُ بْنُ سَعِيدٍ , نا عَمِّي ثَابِتُ بْنُ سَعِيدٍ , عَنْ أَبِيهِ سَعِيدٍ , عَنْ جَدِّهِ أَبْيَضَ بْنِ حَمَّالٍ أَنَّهُ اسْتَقْطَعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِلْحَ الَّذِي يُقَالُ لَهُ: مِلْحُ شَذَّا بِمَأْرِبَ فَقَطَعَهُ لَهُ , ثُمَّ إِنَّ الْأَقْرَعَ بْنَ حَابِسٍ التَّمِيمِيَّ , قَالَ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ إِنِّي قَدْ وَرَدَتْ عَلَى الْمِلْحِ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَهِيَ بِأَرْضٍ لَيْسَ فِيهَا مِلْحٌ , وَمَنْ وَرَدَهُ أَخَذَهُ وَهُوَ مِثْلُ الْمَاءِ الْعِدِّ , فَاسْتَقَالَ أَبْيَضُ فِي قَطِيعَةِ الْمِلْحِ , فَقَالَ أَبْيَضُ: قَدْ أَقَلْتُكَ عَلَى أَنْ تَجْعَلَهُ مِنِّي صَدَقَةً , فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «هُوَ مِنْكَ صَدَقَةٌ , وَهَذَا مِثْلُ الْمَاءِ الْعِدِّ مَنْ وَرَدَهُ أَخَذَهُ» , قَالَ: فَقَطَعَ لَهُ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْضًا وَنَخِيلًا بِالْجُرُفِ جُرُفِ مُرَادٍ مَكَانَهُ حِينَ أَقَالَهُ فِيهِ. قَالَ فَرَجٌ: فَهُوَ عَلَى ذَلِكَ مَنْ وَرَدَهُ أَخَذَهُ
Sunan Daruquthni 3058: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Muhammad bin Idris Abu Bakar Warraq Al Humaidi menceritakan kepada kami, Al Humaidi menceritakan kepada kami, Faraj bin Sa'id menceritakan kepada kami, pamanku Tsabit bin Sa'id menceritakan kepada kami dari ayahnya Sa'id, dari kakeknya, dari Abyadh bin Hammal, bahwa dia pernah meminta Rasulullah SAW memotong garam yang terkenal dengan nama garam Syudza di Ma'rib. Beliau kemudian memotongkan untuknya, lalu datanglah Al Aqra' bin Habis At-Tamimi, dia berkata, "Wahai Nabi Allah, dulu di masa jahiliyah aku pernah menemukan garam di tanah yang tidak ada garamnya. Di sana berlaku, 'Siapa yang menemukannya maka dialah yang berhak mengambilnya.' Dia seperti air yang mengalir." Abyadh berkata, "Aku tarik kembali dari Anda agar Anda menjadikannya sedekah dariku." Rasulullah bersabda, "Itu menjadi sedekah darimu, ini seperti air yang mengalir, siapa yang menemukan dialah yang memiliki." Setelah itu Nabi Allah SAW memetakan sebuah tanah dan pohon kurma untuknya dilereng bukit yang dimaksudkan sebagai tempat ia menariknya kembali. Faraj berkata, "Oleh karena itu, ia dimiliki oleh siapa yang menemukannya."