سنن الدارقطني ٤٨٠: حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , وَالْحُسَيْنُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ , وَعَلِيُّ بْنُ سَلْمِ بْنِ مِهْرَانَ , قَالُوا: نا إِبْرَاهِيمُ بْنُ هَانِئٍ , نا مُحَمَّدُ بْنُ بَكَّارٍ , نا سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ , عَنْ مَنْصُورِ بْنِ زَاذَانَ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , بِهَذَا الْإِسْنَادِ نَحْوَهُ. تَفَرَّدَ بِهِ سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ , عَنْ مَنْصُورٍ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , وَلَمْ يُتَابَعْ عَلَيْهِ وَلَيْسَ بِقَوِيٍّ فِي الْحَدِيثِ , وَالْمَحْفُوظُ عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي سَلَمَةَ , عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُقَبِّلُ وَهُوَ صَائِمٌ , وَكَذَلِكَ رَوَاهُ الْحُفَّاظُ الثِّقَاتُ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , مِنْهُمْ مَعْمَرٌ , وَعُقَيْلٌ , وَابْنُ أَبِي ذِئْبٍ , وَقَالَ مَالِكٌ , عَنِ الزُّهْرِيِّ: فِي الْقُبْلَةِ الْوُضُوءُ , وَلَوْ كَانَ مَا رَوَاهُ سَعِيدُ بْنُ بَشِيرٍ , عَنْ مَنْصُورٍ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , عَنْ أَبِي سَلَمَةَ , عَنْ عَائِشَةَ صَحِيحًا , لَمَا كَانَ الزُّهْرِيُّ يُفْتِي بِخِلَافِهِ , وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Sunan Daruquthni 480: Abu Bakar An-Naisaburi, Al Husain bin Isma'il dan Ali biin Salm bin Mihran menceritakan kepada kami, mereka mengatakan: Ibrahim bin Hanf mengabarkan 'kepada kami, Muhammad bin Bakkar mengabarkan kepada kami, Sa'id bin Basyir mengabarkan kepada kami, dari Manshur bin Zadzan, dari Az-Zuhri dengan isnad ini, serupa itu, namun tidak ada yang me-mutaba‘ah-nya dan ia tidak kuat dalam periwayatan hadits ini. Riwayat yang terpelihara dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Aisyah adalah: "Bahwa Nabi SAW pernah mencium (istrinya) padahal beliau sedang berpuasa." Demikian juga yang diriwayatkan oleh para huffazh (penghafal hadits) yang tsiqah dari Az-Zuhri, di antaranya adalah Ma'mar, Uqail dan Ibnu Abi Dzi'b. Malik mengatakan: Dari Az-Zuhri, "Mencium mengharuskan wudhu." Seandainya apa yang diriwayatkan Sa'id bin Basyir, dari Manshur, dari Az-Zuhri, dari Abu Salamah, dari Aisyah shahih, tentu Az-Zuhri tidak akan memberikan fatwa yang menyelesihinya. Wallahu a‘lam.