HADITH.One

Indonesian

Support
hadith book logo

Sahih Ibn Hibban

1. Sahih Ibn Hibban

صحيح ابن حبان

1279

صحيح ابن حبان ١٢٧٩: أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ الْقَطَّانُ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا صَدَقَةُ بْنُ خَالِدٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ أَبِي مَرْيَمَ، عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُخَيْمِرَةَ، عَنِ الْحَكَمِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُكَيْمٍ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا مَشْيَخَةٌ لَنَا مِنْ جُهَيْنَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَيْهِمْ‏:‏ أَنْ لاَ تَسْتَمْتِعُوا مِنَ الْمَيْتَةِ بِشَيْءٍ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ هَذِهِ اللَّفْظَةُ حَدَّثَنَا مَشْيَخَةٌ لَنَا مِنْ جُهَيْنَةَ، أَوْهَمَتْ عَالَمًا مِنَ النَّاسِ أَنَّ الْخَبَرَ لَيْسَ بِمُتَّصِلٍ، وَهَذَا مِمَّا نَقُولُ فِي كُتُبِنَا‏:‏إِنَّ الصَّحَابِيَّ قَدْ يَشْهَدُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَسْمَعُ مِنْهُ شَيْئًا، ثُمَّ يَسْمَعُ ذَلِكَ الشَّيْءَ عَنْ مَنْ هُوَ أَعْظَمُ خَطَرًا مِنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَمَرَّةً يُخْبِرُ عَمَّا شَاهَدَ، وَأُخْرَى يَرْوِي عَمَّنْ سَمِعَ، أَلاَ تَرَى أَنَّ ابْنَ عُمَرَ شَهِدَ سُؤَالَ جِبْرِيلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الإِيمَانِ، وَسَمِعَهُ عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، فَمَرَّةً أَخْبَرَ بِمَا شَاهَدَ، وَمَرَّةً رَوَى عَنْ أَبِيهِ مَا سَمِعَ، فَكَذَلِكَ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُكَيْمٍ شَهِدَ كِتَابَ الْمُصْطَفَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ قُرِئَ عَلَيْهِمْ فِي جُهَيْنَةَ، وَسَمِعَ مَشَايِخَ جُهَيْنَةَ يَقُولُونَ ذَلِكَ، فَأَدَّى مَرَّةً مَا شَهِدَ، وَأُخْرَى مَا سَمِعَ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَكُونَ فِي الْخَبَرِ انْقِطَاعٌ، وَمَعْنَى خَبَرِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُكَيْمٍ‏:‏ أَنْ لاَ تَنْتَفِعُوا مِنَ الْمَيْتَةِ بِإِهَابٍ، وَلاَ عَصَبٍ يُرِيدُ بِهِ قَبْلَ الدِّبَاغِ، وَالدَّلِيلُ عَلَى صِحَّتِهِ قَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ أَيُّمَا إِهَابٍ دُبِغَ فَقَدْ طَهُرَ‏.‏
Shahih Ibnu Hibban 1279: Al Husain bin Abdullah Al Qaththan telah mengabarkan kepada kami, ia berkata, Hisyam bin Ammar telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Shadaqah bin Khalid telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Yazid bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Al Qasim bin Mukhaimirah dari Al Hakam dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Abdullah bin Ukaim, ia berkata,' Para syaikh kami telah menceritakan kepada kami sebuah hadits dari Juhainah, “Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menulis surat kepada mereka yang isinya, Janganlah kalian mengambil manfaat sedikitpun dari bangkai.” [106:2] Abu Hatim RA berkata, “Lafazh حَدَّثَنَا مَشْيَخَةٌ لَنَا مِنْ جُهَيْنَةَ memberikan kesan kepada segenap manusia bahwa hadits ini tidak bersambung sanadnya. Ini termasuk yang sering kami ungkapkan di beberapa hadits kami, “Sesungguhnya seorang sahabat terkadang menyaksikan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan mendengar hadits dari beliau. Kemudian ia mendengar hadits yang sama dari orang yang lebih tinggi derajatnya109 yang mendengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun dalam waktu yang lain, ia meriwayatkan apa yang ia dengar dari orang yang lebih tinggi derajatnya. Tidakkah anda perhatikan bahwa Ibnu Umar menyaksikan langsung pertanyaan Jibril kepada Rasulullah tentang keimanan, dan ia juga mendengar itu dari Umar bin Khaththab. Dalam hal ini, satu waktu ia mengabarkan apa yang ia saksikan bersama Nabi. Namun dalam waktu yang lain ia meriwayatkan dari ayahnya apa yang ia dengar. Demikian pula halnya dengan Abdullah bin Ukaim. Ia menyaksikan langsung tulisan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada saat tulisan itu dibacakan kepada mereka di Juhainah110, namun ia juga mendengar para syaikh (tokoh senior) Juhainah mengatakan isi tulisan itu. Maka ia pun pada satu waktu menyampaikan apa yang ia saksikan dan pada waktu yang lain menyampaikan apa yang ia dengar. Jadi tidak ada keterputusan sanad dalam hadits ini. Makna dari hadits Abdullah bin Ukaim yang berbunyi: أَنْ لاَ تَنْتَفِعُوا مِنَ الْمَيْتَةِ بِإِهَابٍ “Jangan memanfaatkan dari bangkai dengan mengambil kulit dan urat sarafnya bila belum disimak (dicuci dan dibersihkan). Dalil yang mendukung keshahihan makna di atas adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam أَيُّمَا إِهَابٍ دُبِغَ فَقَدْ طَهُرَ‏ artinya, “Kulit apa saja yang sudah disamak, maka (hukumnya) suci. ”

Pengaturan Membaca

Indonesian

System

Pilih Font Arab

Kfgq Hafs

Pilih Font Terjemahan

Kalpurush

22
17

Pengaturan Umum

Tampilkan Arab

Tampilkan Terjemahan

Tampilkan Referensi

Tampilan Terpisah Hadis


Jadilah Bagian dari Sadaqah Jariyah Ini

Bantu kami menghadirkan aplikasi Islami modern tanpa iklan untuk Umat Muslim. Donasi Anda akan tercatat sebagai Sadaqah Jariyah dalam catatan amal Anda, Insya Allah.

Donasi