HADITH.One

Indonesian

Support
hadith book logo

Sahih Ibn Hibban

1. Sahih Ibn Hibban

صحيح ابن حبان

2110

صحيح ابن حبان ٢١١٠: أَخْبَرَنَا الْحَسَنُ بْنُ سُفْيَانَ، قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا حَوْثَرَةُ، بِإِسْنَادِهِ نَحْوَهُ إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ‏:‏ وَمِنْ طَاعَتِي أَنْ تُطِيعُوا أَئِمَّتَكُمْ أَخْبَرْنَاهُ أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ قَالَ‏:‏ سَأَلْتُ يَحْيَى بْنَ مَعِينٍ، عَنْ عُقْبَةَ بْنِ أَبِي الصَّهْبَاءِ فَقَالَ‏:‏ ثِقَةٌ‏.‏قَالَ أَبُو حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ‏:‏ فِي هَذَا الْخَبَرِ بَيَانٌ وَاضِحٌ أَنَّ صَلاَةَ الْمَأْمُومِينَ قُعُودًا إِذَا صَلَّى إِمَامُهُمْ قَاعِدًا مِنْ طَاعَةِ اللهِ جَلَّ وَعَلاَ الَّتِي أَمَرَ عِبَادَهُ وَهُوَ عِنْدِي ضَرْبٌ مِنَ الإِجْمَاعِ الَّذِي أَجْمَعُوا عَلَى أَجَازَتِهِ؛ لأَنَّ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَةٌ أَفْتَوْا بِهِ جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، وَأَبُو هُرَيْرَةَ، وَأُسَيْدُ بْنُ حُضَيْرٍ، وَقَيْسُ بْنُ قَهْدٍ، وَالإِجْمَاعُ عِنْدَنَا إِجْمَاعُ الصَّحَابَةِ الَّذِينَ شَهِدُوا هُبُوطَ الْوَحْيِ وَالتَّنْزِيلِ وَأُعِيذُوا مِنَ التَّحْرِيفِ وَالتَّبْدِيلِ حَتَّى حَفِظَ اللَّهُ بِهِمُ الدِّينَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ وَصَانَهُ عَنْ ثَلْمِ الْقَادِحِينَ، وَلَمْ يُرْوَ عَنْ أَحَدٍ مِنَ الصَّحَابَةِ خِلاَفٌ لِهَؤُلاَءِ الأَرْبَعَةِ لاَ بِإِسْنَادٍ مُتَّصِلٍ وَلاَ مُنْقَطِعٍ، فَكَأَنَّ الصَّحَابَةَ أَجْمَعُوا عَلَى أَنَّ الإِمَامَ إِذَا صَلَّى قَاعِدًا كَانَ عَلَى الْمَأْمُومِينَ أَنْ يُصَلُّوا قُعُودًا‏.‏وَقَدْ أَفْتَى بِهِ مِنَ التَّابِعِينَ جَابِرُ بْنُ زَيْدٍ أَبُو الشَّعْثَاءِ وَلَمْ يُرْوَ عَنْ أَحَدٍ مِنَ التَّابِعِينَ أَصْلاً بِخِلاَفِهِ لاَ بِإِسْنَادٍ صَحِيحٍ وَلاَ وَاهٍ فَكَأَنَّ التَّابِعِينَ أَجْمَعُوا عَلَى أَجَازَتِهِ‏.‏وَأَوَّلُ مَنْ أَبْطَلَ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ صَلاَةَ الْمَأْمُومِ قَاعِدًا إِذَا صَلَّى إِمَامُهُ جَالِسًا الْمُغِيرَةُ بْنُ مِقْسَمٍ صَاحِبُ النَّخَعِيِّ وَأَخَذَ عَنْهُ حَمَّادُ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ، ثُمَّ أَخَذَ عَنْ حَمَّادٍ أَبُو حَنِيفَةَ وَتَبِعَهُ عَلَيْهِ مَنْ بَعْدَهُ مِنْ أَصْحَابِهِ وَأَعْلَى شَيْءٍ احْتَجُّوا بِهِ فِيهِ شَيْءٌ رَوَاهُ جَابِرٌ الْجُعْفِيُّ، عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏:‏ لاَ يَؤُمَّنَّ أَحَدٌ بَعْدِي جَالِسًا وَهَذَا لَوْ صَحَّ إِسْنَادُهُ لَكَانَ مُرْسَلاً‏.‏وَالْمُرْسَلُ مِنَ الْخَبَرِ وَمَا لَمْ يُرْوَ سِيَّانِ فِي الْحُكْمِ عِنْدَنَا؛ لَأَنَّا لَوْ قَبْلِنَا إِرْسَالَ تَابِعِيٍّ وَإِنْ كَانَ ثِقَةً فَاضِلاً عَلَى حُسْنِ الظَّنِّ لَزِمَنَا قَبُولُ مِثْلِهِ عَنْ أَتْبَاعِ التَّابِعِينَ وَمَتَى قَبْلِنَا ذَلِكَ لَزِمَنَا قَبُولُ مِثْلِهِ عَنْ تَبَعِ الأَتْبَاعِ، وَمَتَى قَبْلِنَا ذَلِكَ لَزِمَنَا قَبُولُ مِثْلِ ذَلِكَ عَنْ تُبَّاعِ التَّبَعِ، وَمَتَى قَبْلِنَا ذَلِكَ لَزِمَنَا أَنْ نَقْبَلَ مِنْ كُلِّ إِنْسَانٍ إِذَا قَالَ‏:‏ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَفِي هَذَا نَقْضُ الشَّرِيعَةِ‏.‏وَالْعَجَبُ مِمَّنْ يَحْتَجُّ بِمِثْلِ هَذَا الْمُرْسَلِ وَقَدْ قَدَحَ فِي رِوَايَتِهِ زِعِيمُهُمْ فِيمَا أَخْبَرَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ يَزِيدَ الْقَطَّانُ بِالرَّقَّةِ قَالَ‏:‏ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ أَبِي الْحَوَارِيِّ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ أَبَا يَحْيَى الْحِمَّانِيَّ، قَالَ‏:‏ سَمِعْتُ أَبَا حَنِيفَةَ يَقُولُ‏:‏ مَا رَأَيْتُ فِيمَنْ لَقِيتُ أَفْضَلَ مِنْ عَطَاءٍ وَلاَ لَقِيتُ فِيمَنْ لَقِيتُ أَكْذَبَ مِنْ جَابِرٍ الْجُعْفِيِّ مَا أَتَيْتُهُ بِشَيْءٍ قَطُّ مِنْ رَأْيٍ إِلاَّ جَاءَنِي فِيهِ بِحَدِيثٍ وَزَعَمَ أَنَّ عِنْدَهُ كَذَا وَكَذَا أَلْفَ حَدِيثٍ، عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَنْطِقْ بِهَا‏.‏فَهَذَا أَبُو حَنِيفَةَ يُجَرِّحُ جَابِرًا الْجُعْفِيَّ وَيُكَذِّبُهُ ضِدَّ قَوْلِ مَنِ انْتَحَلَ مِنْ أَصْحَابِهِ مَذْهَبَهُ وَزَعَمَ أَنَّ قَوْلَ أَئِمَّتِنَا فِي كُتُبِهِمْ‏:‏ فُلاَنٌ ضَعِيفٌ غِيبَةٌ، ثُمَّ لَمَّا اضْطَرُّهُ الأَمْرُ جَعَلَ يَحْتَجُّ بِمَنْ كَذَّبَهُ شَيْخُهُ فِي شَيْءٍ يَدْفَعُ بِهِ سُنَّةً مِنْ سُنَنِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ‏.‏فَأَمَّا جَابِرٌ الْجُعْفِيَّ فَقَدْ ذَكَرْنَا قِصَّتَهُ فِي كِتَابِ الْمَجْرُوحِينَ مِنَ الْمُحَدِّثِينَ بِالْبَرَاهِينِ الْوَاضِحَةِ الَّتِي لاَ يَخْفَى عَلَى ذِي لُبٍّ صِحَّتُهَا فَأَغْنَى ذَلِكَ عَنْ تِكْرَارِهَا فِي هَذَا‏.‏
Shahih Ibnu Hibban 2110: Al Hasan bin Sufyan mengabarkan kepada kami, dia berkata: Hautsarah menceritakan kepada kami dengan sanad yang sama. Hanya saja, di dalamnya disebutkan bahwa Nabi bersabda, "Dan di antara ketaatan kepadaku adalah taat kepada para imam kalian kalian.”542 Abu Ya'la Al Maushili mengabarkan hadits ini kepada kami, dia berkata: Aku bertanya kepada Yahya bin Ma'in tentang Uqbah bin Abi Ash-Shahba, lalu dia menjawab, “Dia perawi yang tsiqah.” Abu Hatim RA berkata: Khabar ini merupakan penjelasan bahwa shalatnya makmum dengan duduk bila imam shalat dengan duduk merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah yang telah Dia perintahkan kepada para hamba-Nya. Menurutku ini merupakan bagian dari ijma' yang telah disepakati kebolehannya, karena di antara para sahabat Nabi ada empat orang yang berfatwa seperti ini, yaitu Jabir bin Abdullah, Abu Hurairah, Usaid bin Hudhair, dan Qais bin Qahd. Ijma'menurut kami adalah ijma-nya para sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu dan dilindungi dari penyimpangan, sehingga Allah menjaga agama ini melalui mereka hingga sampai kepada umat Islam (sampai sekarang), dan Allahlah yang menjaga agama ini dari rekayasa orang-orang tercela. Tidak ada satu pun riwayat dari para sahabat yang menunjukkan bahwa mereka berselisih pendapat dengan empat sahabat ini dalam masalah tersebut, baik dengan sanad yang muttashil maupun munqathi’. Seakan-akan para sahabat sepakat bahwa bila imam shalat dengan duduk, maka makmum juga harus shalat dengan duduk. Adapun dari kalangan tabiin yang berfatwa seperti ini adalah Jabir bin Zaid Abu Asy- Sya'tsa'. Tidak ada satu pun riwayat dari seorang tabiin yang menyebutkan bahwa dia berselisih pendapat dengannya dalam masalah ini, baik dengan sanad shahih maupun lemah, dan seakan- akan para tabiin sepakat bahwa hal tersebut diperbolehkan. Orang yang pertama kali membantah pendapat ini dari kalangan umat Islam —yaitu tentang shalatnya makmum dengan duduk bila imam shalat dengan duduk— adalah Al Mughirah bin Miqsam, 543 sahabat An-Nakha'i. Kemudian pendapatnya ini diambil oleh Hammad bin Abi Salamah, kemudian oleh Abu Hanifah. Lalu pendapatnya (Abu Hanifab) ini diambil oleh para pengikutnya yang datang sesudahnya. Dalil paling tinggi yang mereka jadikan landasan hukum dalam masalah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir Al Ju'fi dari Asy-Sya'bi: Rasulullah bersabda, “Janganlah seseorang sesudahku menjadi imam dengan duduk.” Seandainya pun hadits ini sanadnya sah, maka dia mursal. Khabar mursal menurut kami tidak bisa dijadikan landasan hukum, karena jika kita menerima mursal-nya seorang tabiin meskipun dia tsiqah berdasarkan husnuzhzhan, maka hal ini mengharuskan kita menerima riwayat serupa dari tabi'ut tab'in, dan bila kita menerima ini, maka kita diharuskan menerima riwayat serupa dari pengikut tabi'ut tabi'in, dan bila kita menerima ini, maka kita diharuskan menerima riwayat serupa dari pengikut mereka, dan bila kita menerima ini, maka kita diharuskan menerima riwayat serupa dari setiap orang yang mengatakan “Rasulullah bersabda”. Tentu saja hal ini akan merusak syariat. Sesuatu yang mengherankan adalah, ada orang yang berhujjah dengan hadits mursal ini, padahal pemimpin mereka telah menilai kurang bagus orang yang meriwayatkannya, berdasarkan yang dikabarkan kepada kami oleh Al Husain bin Abdullah bin Yazid Al Qaththan di Raqqah, dia berkata: Ahmad bin Abu Al Hawari menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Abu Yahya Al Himmani berkata: Aku mendengar Abu Hanifah berkata, “Aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih baik dari Atha, dan aku tidak pernah bertemu dengan orang yang lebih dusta dari Jabir Al Ju'fi. Apabila aku mengungkapkan pendapat, pasti dia membawakan sebuah hadits. Dia mengklaim memiliki 1000 hadits Nabi yang belum diucapkannya.” Inilah Abu Hanifah yang mea-jarh Jabir Al Ju'fi dan mendustakannya. Dia bertentangan dengan pendapat kalangan pengikutnya yang menganut madzhabnya. Dia mengklaim bahwa perkataan para Imam kami dalam kitab-kitab mereka “fulan dha'if' merupakan ghibah. Kemudian ketika dalam kondisi terjepit dia terpaksa berhujjah dengan orang yang telah didustakan oleh gurunya guna membela Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Mengenai Jabir Al Ju'fi, kami telah menampilkan biografinya dalam Al Majruhin min Al Muhadditsin. 545 Kami telah menguraikan berbagai pendapat dan pernyataan tegas yang kebenarannya tidak akan samar lagi bagi orang-orang berakal, sehingga tidak perlu lagi dijelaskan di sini.

Pengaturan Membaca

Indonesian

System

Pilih Font Arab

Kfgq Hafs

Pilih Font Terjemahan

Kalpurush

22
17

Pengaturan Umum

Tampilkan Arab

Tampilkan Terjemahan

Tampilkan Referensi

Tampilan Terpisah Hadis


Jadilah Bagian dari Sadaqah Jariyah Ini

Bantu kami menghadirkan aplikasi Islami modern tanpa iklan untuk Umat Muslim. Donasi Anda akan tercatat sebagai Sadaqah Jariyah dalam catatan amal Anda, Insya Allah.

Donasi