Shahih Ibnu Khuzaimah 360: Abdul Warits bin Abdush-shamad bin Abdul Waris Al Anbari mengabarkan kepada kami, ayahku menceritakan kepadaku, Hamad mengabarkan kepada kami dari Tsabit, dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah, ia berkata: Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “ Seorang hamba senantiasa berada dalam kondisi shalat selagi ia berada di dalam tempat shalatnya untuk menunggu waktu shalat berikutnya. Para malaikat berkata, 'Ya Allah ampunilah ia, Ya Allah sayangilah ia', yaitu selagi ia tidak tempat tersebut atau mengalami hadats.” Para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dengan hadats?” Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Mengeluarkan angin (yang tidak bersuara) atau angin (yang bersuara).” 478 Abu Bakar berkata, Redaksi ini, “Mengeluarkan angin (yang tidak bersuara) atau angin (yang bersuara)” termasuk jenis kalimat yang dikatakan bahwa penyebutan keduannya adalah karena sebab. Karena keduanya secara sendiri-sendiri pun dapat membatalkan kesucian orang yang telah berwudhu. Setiap sesuatu yang dapat membatalkan kesucian orang yang berwudhu dari berbagai macam hadats memiliki hukum sama dengan dua hadats ini. Yang demikian ini adalah termasuk jenis hadits yang diterima oleh sebagian pengikut kami; bahwa ia merupakan hadits yang mengandung ilat hukum di mana boleh diserupakan dengan hal sejenis di dalam hukumnya. Dan, seandainya penyerupaan dan yang semisal tidak diperbolehkan dalam hadits-hadits nabi sebagaimana yang dikira oleh sebagian ulama yang bertentangan dengan kami, maka orang yang membuang air kecil pada wadah atau botol dan orang yang membuang air besar pada westapel atau bejana, apabila ia duduk di masjid menunggu shalat, maka baginya pahala orang yang sedang melaksanakan shalat. Orang yang berhadats, apabila keluar angin, maka ia tidak mendapatkan pahala orang yang melaksanakan shalat, sekalipun ia duduk di masjid sambil menunggu waktu shalat. Barang siapa yang mengerti ilmu pengetahuan dan cerdas, maka ia tidak membangkang dan tidak boleh sombong karena lalai479 di mana ia dapat mengerti bahwa sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Mengeluarkan angin (yang tidak bersuara) atau angin (yang bersuara)' sesungguhnya dimaksudkan bahwa angin yang tidak bersuara dan bersuara tersebut membatalkan kesucian orang yang berwudhu dan sesungguhnya nabi tidak menjadikan bagi orang yang menunggu shalat karena dua hadats ini mendapatkan keutamaan pahala orang yang shalat, karena ia tidak berada dalam posisi berwudhu. Karena itu setiap orang yang menunggu waktu shalat yang duduk di masjid yang tidak dalam posisi suci di mana kesucian tersebut dapat menghantarkan sahnya shalat, maka hukumnya seperti hukum orang yang telah mengeluarkan angin yang membatalkan kesucian.