Al Mustadrak 121: Ahmad bin Kamil Al Qadhi mengabarkannya kepad kami, Muhammad bin Israil Al Jauh ari menceritakan kepada kami, Muawiyah bin Amr menceritakan kepada kami, Zaidah menceritakan kepada kami. Husain bin Tamim Al Qanthari mengabarkan kepada kami, Ja'far bin Muhammad bin Syakir menceritakan kepada kami, Affan menceritakan kepada kami, Hammad bin Salamah, Hammad bin Zaid, dan Aban Al Aththar menceritakan kepada kami. Abdullah bin Husain Al Qadhi mengabarkan kepada kami, Harits bin Abu Usamah menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun menceritakan kepada kami, Syarik bin Abdullah menceritakan kepada kami. Abu Al Abbas Muhammad bin Ya'qub menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani menceritakan kepada kami, Hasan bin Musa Al Asyab menceritakan kepada kami, Syaiban menceritakan kepada kami. Abu Al Abbas Al Mahbubi mengabarkan kepada kami, Ahmad bin Sayyar menceritakan kepada kami, Muhammad bin Katsir menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada kami. Abu Amr bin Abu Sa'id An-Nahwi mengabarkan kepadaku, Husain bin Abdullah bin Yazid Ar-Raqqi menceritakan kepada kami, Uqbah bin Mukram menceritakan kepada kami, Salm bin Qutaibah menceritakan kepada kami, Hisyam bin Abu Abdillah menceritakan kepada kami. Muhammad bin Ali Asy-Syaibani mengabarkan kepadaku di Kufah, Ahmad bin Hazim bin Abu Gharzah menceritakan kepada kami, Ahmad bin Yunus dan Abu Bakar bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, keduanya berkata: Abu Bakar bin Ayyasy menceritakan kepada kami, semuanya dari Ashim bin Abu An-Najud, dan ini merupakan redaksi hadits Syaiban bin Abdurrahman dari Ashim, dari Mush'ab bin Sa'ad bin Abi Waqqash, dari ayahnya, dia berkata: Aku pemah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Siapakah manusia yang paling berat cobaannya?” Beliau menjawab, "Para nabi, kemudian orang-orang yang memiliki keutamaan, kemudian orang-orang yang memiliki keutamaan. Seseorang diberi cobaan sesuai dengan (kualitas) agamanya, jika agamanya kuat maka cobaannya juga berat, tapi jika agamanya lemah maka dia dicoba sesuai (tingkat) agamanya. Jadi, cobaan tersebut akan senantiasa menimpa seorang hamba sampai dia meninggalkannya berjalan di muka bumi tanpa memiliki dosa lagi.”