سنن الدارقطني ٣٩٥٥: نا أَبُو بَكْرٍ , نا أَبُو الْأَزْهَرِ , نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ , نا عُبَيْدُ اللَّهِ , عَنْ نَافِعٍ , عَنِ ابْنِ عُمَرَ فِي «الْأَمَةِ تَكُونُ تَحْتَ الْحُرِّ تَبِينُ بِتَطْلِيقَتَيْنِ وَتَعْتَدُّ حَيْضَتَيْنِ , وَإِذَا كَانَتِ الْحُرَّةُ تَحْتَ الْعَبْدِ بَانَتْ بِتَطْلِيقَتَيْنِ وَتَعْتَدُّ ثَلَاثَ حِيَضٍ». وَكَذَلِكَ رَوَاهُ اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ , وَابْنُ جُرَيْجٍ , وَغَيْرُهُمَا عَنْ نَافِعٍ , عَنِ ابْنِ عُمَرَ مَوْقُوفًا وَهَذَا هُوَ الصَّوَابُ. وَحَدِيثُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عِيسَى , عَنْ عَطِيَّةَ , عَنِ ابْنِ عُمَرَ , عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْكَرٌ غَيْرُ ثَابِتٍ مِنْ وَجْهَيْنِ , أَحَدُهُمَا: أَنَّ عَطِيَّةَ ضَعِيفٌ , وَسَالِمٌ وَنَافِعٌ أَثْبَتُ مِنْهُ وَأَصَحُّ رِوَايَةً , وَالْوَجْهُ الْآخَرُ أَنَّ عَمْرَو بْنَ شَبِيبٍ ضَعِيفُ الْحَدِيثِ لَا يُحْتَجُّ بِرِوَايَتِهِ وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Sunan Daruquthni 3955: Abu Bakar menceritakan kepada kami, Abu Al Azhar menceritakan kepada kami, Abdullah bin Numair menceritakan kepada kami, Ubaidullah menceritakan kepada kami dari Nafi', dari Ibnu Umar, tentang budak perempuan yang diperistri oleh laki-laki merdeka, "Ia menjadi haram dengan dua talak, dan iddah-nya dua kali haid. Dan bila wanita merdeka diperistri oleh laki-laki sahaya, maka menjadi haram dengan dua talak, dan iddah-nya tiga kali haid." Demikian juga yang diriwayatkan oleh Al-Laits bin Sa'd, Ibnu Juraij dan yang lainnya dari Nafi', dari Ibnu Umar secara mauquf, dan inilah yang benar. Sedangkan hadits Abdullah bin Isa dari Athiyyah, dari Ibnu Umar, dari Nabi SAW adalah hadits mungkar dan tidak valid dilihat dari dua segi: Pertama, Athiyyah adalah perawi dha'if, sedangkan Salim dan Nafi' lebih valid daripadanya dan lebih shahih riwayatnya. Kedua, hadits Umar bin Syabib dha‘if riwayatnya tidak dapat dijadikan argumen. Wallahu a'lam.