سنن الدارقطني ٤٥٢٤: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى , نا ابْنُ وَهْبٍ , أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ , وَهِشَامُ بْنُ سَعْدٍ , عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ , عَنْ أَبِيهِ , عَنْ جَدِّهِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ , أَنَّ رَجُلًا مِنْ مُزَيْنَةَ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَالَ: كَيْفَ تَرَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فِي حَرِيسَةِ الْجَبَلِ؟ , قَالَ: «هِيَ وَمِثْلُهَا وَالنَّكَالُ لَيْسَ فِي شَيْءٍ مِنَ الْمَاشِيَةِ قَطْعٌ إِلَّا مَا أَوَاهُ الْمُرَاحُ فَبَلَغَ ثَمَنَ الْمِجَنِّ فَفِيهِ قَطْعُ الْيَدِ , وَمَا لَمْ يَبْلُغْ ثَمَنَ الْمِجَنِّ فَفِيهِ غَرَامَتُهُ وَجَلَدَاتُ نَكَالٍ» , قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي الثَّمَرِ الْمُعَلَّقِ؟ , قَالَ: «هُوَ وَمِثْلُهُ مَعَهُ وَالنَّكَالُ وَلَيْسَ فِي شَيْءٍ مِنَ الثَّمَرِ الْمُعَلَّقِ قَطْعٌ إِلَّا مَا أَوَاهُ الْجَرِينُ فَمَا أُخِذَ مِنَ الْجَرِينِ فَبَلَغَ ثَمَنَ الْمِجَنِّ فَفِيهِ الْقَطْعُ , وَمَا لَمْ يَبْلُغْ ثَمَنَ الْمِجَنِّ فَفِيهِ غَرَامَتُهُ وَجَلَدَاتُ نَكَالٍ» , قَالَ: فَكَيْفَ تَرَى فِيمَا يُوجَدُ فِي الطَّرِيقِ الْمِيتَاءِ وَفِي الْقَرْيَةِ الْمَسْكُونَةِ؟ , قَالَ: «عَرِّفْهُ سَنَةً فَإِنْ جَاءَ بَاغِيهِ فَادْفَعْهُ إِلَيْهِ وَإِلَّا فَشَأْنُكَ بِهِ فَإِنْ جَاءَ طَالِبُهَا يَوْمًا مِنَ الدَّهْرِ فَأَدِّهَا إِلَيْهِ وَمَا كَانَ فِي الطَّرِيقِ غَيْرِ الْمِيتَاءِ وَالْقَرْيَةِ غَيْرِ الْمَسْكُونَةِ، فَفِيهِ وَفِي الرِّكَازِ الْخُمُسُ» , قَالَ: كَيْفَ تَرَى فِي ضَالَّةِ الْغَنَمِ؟ , قَالَ: «طَعَامٌ مَأْكُولٌ لَكَ أَوْ لِأَخِيكَ أَوْ لِلذِّئْبِ احْبِسْ عَلَى أَخِيكَ ضَالَّتَهُ» , قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ تَرَى فِي ضَالَّةِ الْإِبِلِ؟ , قَالَ: «مَا لَكَ وَلَهَا مَعَهَا سِقَاؤُهَا وَحِذَاؤُهَا , وَلَا يُخَافُ عَلَيْهَا الذِّئْبَ , تَأْكُلُ الْكَلَأَ وَتَرِدُ الْمَاءَ دَعْهَا حَتَّى يَأْتِيَ طَالِبُهَا»
Sunan Daruquthni 4524: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Yunus bin Abdul A'la menceritakan kepada kami, Ibnu Wahb menceritakan kepada kami, Amr bin Al Harits dan Hisyam bin Sa'd mengabarkan kepadaku, dari Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, —yakni Abdullah bin Amr bin Al Ash,— bahwa seorang laki-laki dari Muzainah datang kepada Nabi SAW lalu berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana menurutmu tentang ternak bukit?" Beliau menjawab, "ternak bukit dan yang sama dengannya ada sanksi hukuman. Tidak ada hukuman potong tangan dalam kasus (pencurian) ternak kecuali yang dikandangkan dan nilainya mencapai harga baju besi, maka untuk itu berlaku hukum potong tangan. Adapun yang tidak mencapai nilai baju besi, maka dikenakan denda di samping hukuman cambuk.‘ Dia berkata lagi, "Wahai Rasulullah, bagaimana dan buah yang masih menggantung?" Beliau menjawab, "Dan yang sama dengannya ada sanksi dihukuman. Tidak ada hukum potong tangan dalam kasus (pencurian) buah-buahan kecuali yang telah dimasukkan ke dalam gudang (tempat penyimpanan) dan nilainya mencapai harga baju besi, maka itu berlaku hukum potong tangan. Adapun yang tidak mencapai nilai baju besi, dikenakan denda di samping hukuman cambuk." Orang itu berkata lagi, "Bagaimana menurutmu tentang yang ditemukan di jalanan bersama (di dalam pemukiman) dan di dalam desa yang dihuni?" Beliau menjawab, "Umumkanlah selama satu tahun. Bila pemiliknya datang maka serahkanlah kepadanya, jika tidak, maka terserah padamu. Jika pada suatu hari pemiliknya datang, maka serahkanlah kepadanya. Sedangkan yang ditemukan di tempat selain jalanan bersama dan di desa yang tidak dihuni, maka untuk itu dan rikaz (penemuan harta terpendam) harus dikeluarkan seperlimanya." Orang itu berkata lagi, "Bagaimana menurutmu tentang domba yang tersesat?" Beliau menjawab, "Itu adalah makanan untukmu, saudaramu, atau srigala. Tahanlah ternak saudaramu yang hilang." Orang itu berkata lagi, "Bagaimana menurutmu tentang unta yang tersesat?" Beliau menjawab, ''Ada apa denganmu dan unta itu? Dia itu dibekali dengan sepatu dan tempat minum, dan tidak dikhawatirkan diterkam srigala. Dia bisa makan rerumputan dan mendatangi tempat air sendiri. Biarkanlah dia sampai pencarinya datang.''