Musnad Ahmad 20197: Telah menceritakan kepadaku [Abu Utsman Amru bin Muhammad bin Bukair An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Amru bin Dinar] dari [Sa'id bin Jubair] berkata: "Aku bertanya kepada [Ibnu Abbas], "Nauf Asy Syami beranggapan bahwa Musa sahabat Hidlir itu bukanlah Musa yang berasal dari bani Israil?" Ibnu Abbas lalu menjawab, "Nauf si musuh Allah telah berdusta. [Ubay bin Ka'b] telah menceritakan kepadaku dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa Musa shallallahu 'alaihi wa sallam berdiri dan berkhutbah di hadapan bani Israil, mereka bertanya, "Siapa orang yang paling pandai?" Musa menjawab, "Aku." Maka Allah Subhaanahu wa Ta'ala mewahyukan padanya bahwa Allah memiliki seorang hamba yang lebih pandai darinya, Musa lantas berkata: "Wahai Rabbku, tampakkanlah padaku." Ibnu Abbas berkata: "Lalu dikatakan kepada Musa, 'Ambillah ikan dan letakkanlah ke dalam keranjang, di mana pun ikan itu hilang darimu, maka di situlah tempatnya.'" Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya, "Kemudian Musa mengambil ikan dan meletakkannya ke dalam keranjang, setelah itu ia dan seorang temannya berjalan kaki menyusuri pantai hingga bertemu dengan padang luas. Musa lalu tidur, sementara ikan yang ada di dalam keranjang tersebut meronta hingga jatuh ke dalam laut. mengikuti arus dan bergemuruhlah air. Musa lalu terbangun dari tidurnya dan berkata kepada temannya (pelayan), '(Bawalah kemari makanan kita: sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini) ' (Qs. Al Kahfi: 62). Dan Musa tidak merasakan kelelahan hingga ia melewati tempat sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah Tabaaraka Wa Ta'ala." Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya, "Lalu Musa berkata: '(Tahukah kamu tatkala kita mecari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali saitan….Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula) ' (Qs. Al Kahfi: 63-64). Keduanya lalu mengikuti jejak mereka semula, sementara ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu." Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya, "Ia terhalang oleh derasnya air laut yang seakan atap rumah, sehingga ikan itu pun masuk ke laut. Hal itu membuat Musa merasa heran sehingga ia sampai di sebuah batu besar. Dan ternyata di sana ada seorang laki-laki yang memakai kain penutup kepala, Musa lantas beruluk salam kepadanya dan ia membalas, "Sungguh keselamatan ada di bumimu." Musa berkata: "Aku adalah Musa." Laki-laki itu bertanya, "Musa bani Israil?" Musa membalas, "Ya, '(aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" (Qs. Al Kahfi: 66). Laki-laki itu menjawab, "Wahai Musa, aku berada pada ilmu Allah Tabaraka Wa Ta'ala yang engkau tidak mengetahuinya. Dan engkau juga berada pada Ilmu Allah yang telah Allah ajarkan kepadamu." Keduanya kemudian berjalan di pesisiran, lalu lewatlah sebuah perahu, dan orang-orang yang ada di perahu tersebut telah mengenal Hidlir, maka mereka pun membawa Hidlir tanpa dengan upah, namun itu tidak membuatnya taajub. Khidlir lalu memandang ke arah perahu, ia ambil sebuah Kapak dan hendak memecahkan batang perahu. Namun Musa berkata: "Kita dibawa tanpa dengan upah, tetapi engkau ingin membakarnya hingga penumpangnya tenggelam!" '(Khidhr) menjawab: "Bukankah aku telah berkata: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku) ' (Qs. Al Kahfi: 72). Musa berkata: "Aku lupa." Lalu datanglah burung-burung kecil yang meliuk di lautan, Khidlir berkata: "Ilmuku dan ilmumu sama sekali tidak mengurangi keagungan ilmu Allah, kecuali seperti burung-burung kecil ini yang meminum air lautan." Maka keduanya berjalan: hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, lalu ia melihat seorang anak kecil, kemudian ia pegang kepalanya seraya memenggal lehernya. '(Musa berkata: "Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar". Khidlir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?) ' (Qs. Al Kahfi: 74-75). Sufyan berkata: Amru berkata: "Dan ini lebih dahsyat dari yang pertama." Lalu keduanya beranjak pergi hingga ada sebuah dinding yang hendak roboh -lalu Sufyan memberi isyarat dengan mengangkat dua tangannya begini-. Lalu keduanya tidak jadi melepas lelah dan akhirnya mengangkat dinding yang roboh lalu menegakkannya kembali. '(Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu". Khidhr berkata: "Inilah perpisahan antara aku dengan kamu…) ' (Qs. Al Kahfi: 77-78). Ibnu Abbas berkata: "Yang pertama adalah karena lupa. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Semoga Allah merahmati Musa, kalaulah ia bersabar niscaya dikisahkan seluruh urusannya." Telah menceritakan kepada kami [Amru An Naqid] telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari [Amru] dari [Sa'id bin Jubair] dari [Ibnu Abbas] dari [Ubay bin Ka'b] dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kalaulah kamu mau kamu akan mengambil upah." Telah menceritakan kepada kami Amru An Naqid telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amru dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas dari Ubay bin Ka'b dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa tiba-tiba ada dinding yang hendak roboh, lalu ia menegakkannya -beliau mengatakannya dengan mengangkat tangannya-." Telah menceritakan kepada kami [Bahz bin Asad] telah menceritakan kepadaku [Sufyan bin Uyainah] dengan mendektekannya kepadaku, dari [Amru] dari [Sa'id bin Jubair] ia berkata: "Aku berkata kepada [Ibnu Abbas] ia berkata: "Ayahku menuliskannya dari Bahz dan Ibnu Uyainah bahwa Nauf menyangka Musa bukan teman Hidlir?" Ia berkata: Lalu ia berkata Ubay, "Sungguh bohong musuh Allah." Telah menceritakan kepada kami Ubay bin Ka'b dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Musa berdiri berkhutbah di hadapan bani Israil lalu ditanya, "Siapakah manusia paling pandai?" Ia menjawab, "Aku." Maka Allah mewahyukan padanya bahwa Allah memiliki seorang hamba yang lebih pandai darinya di antara dua buah laut, Musa berkata: "Wahai Rabbku, bagaimana aku bisa bertemu dengannya?" Allah menjawab: "Ambillah ikan dan masukkan ke dalam keranjang, setelahitu pergilah. Maka dimana pun engkau kehilangan ikanitu, maka di situlah dia." Maka Musa pun berjalan dengan pembantunya menyusuri pantai hingga bertemu sebuah batu, lalu ia tidur. Sementara ikan itu bergerak meronta-ronta hingga akhirnya jatuh ke dalam laut. Maka Allah megambil ikan itu dengan gulungan ombak seperti atab rumah, lantas masuklah ikan itu ke dalam laut." Sufyan lalu berkata dengan menggenggam ibu jari dan telunjuknya, lalu membuka di antara keduanya." Rasulullah meneruskan: "Lalu keduanya pun pergi, hingga ketika keesokan harinya ia berkata kepada muridnya: "Bawalah ke mari makanan kita: sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." Dan mereka beluam merasakan keletihan hingga mereka melewati tempat yang telah diperintahkan kepadanya (Untuk mencarinya). Musa berkata: "Itulah (tempat) yang kita cari." Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. Dan musa mendapatkan bekas tempat ikan itu melompat dan mengambil jalannya ke laut dan membuatnya ta'ajub… lalu ia menyebutkan hadits tersebut."