سنن الدارقطني ٣٤٨٦: نا أَبُو بَكْرٍ النَّيْسَابُورِيُّ , نا يَزِيدُ بْنُ سِنَانٍ , نا أَبُو عَامِرٍ الْعَقَدِيُّ , ح وَنا مُحَمَّدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ الْبَخْتَرِيِّ , نا يَحْيَى بْنُ جَعْفَرٍ , نا أَبُو عَامِرٍ , نا عَبَّادُ بْنُ رَاشِدٍ , عَنِ الْحَسَنِ , حَدَّثَنِي مَعْقِلُ بْنُ يَسَارٍ , قَالَ: «كَانَتْ لِي أُخْتٌ فَخُطِبَتْ إِلَيَّ فَكُنْتُ أَمْنَعُهَا النَّاسَ فَأَتَانِي ابْنُ عَمٍّ لِي فَخَطَبَهَا فَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ فَاضْطَجَعَهَا مَا شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ثُمَّ طَلَّقَهَا طَلَاقًا لَهُ رَجْعَةٌ ثُمَّ تَرَكَهَا حَتَّى انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَخَطَبَهَا مَعَ الْخُطَّابِ» , فَقُلْتُ: " مَنَعْتُهَا النَّاسَ وَزَوَّجْتُكَ إِيَّاهَا ثُمَّ طَلَّقْتَهَا طَلَاقًا لَهُ رَجْعَةٌ ثُمَّ تَرَكْتَهَا حَتَّى انْقَضَتْ عِدَّتُهَا فَلَمَّا خُطِبَتْ إِلَيَّ أَتَيْتَنِي تَخْطُبُهَا مَعَ الْخُطَّابِ إِنِّي لَا أُزَوِّجُكُ أَبَدًا , فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى أَوْ قَالَ أُنْزِلَتْ {وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا تَعْضُلُوهُنَّ أَنْ يَنْكِحْنَ أَزْوَاجَهُنَّ} [البقرة: 232] , فَكَفَّرْتُ عَنْ يَمِينِي وَأَنْكَحْتُهَا إِيَّاهُ " الْمَعْنَى قَرِيبٌ
Sunan Daruquthni 3486: Abu Bakar An-Naisaburi menceritakan kepada kami, Yazid bin Sinan menceritakan kepada kami, Abu Amir Al Aqadi menceritakan kepada kami, (h) dan Muhammad bin Amr bin Al Bukhturi menceritakan kepada kami, Yahya bin Ja'far menceritakan kepada kami, Abu Amir menceritakan kepada kami, Abbad bin Rasyid menceritakan kepada kami dari Al Hasan, Ma'qil bin Yasar menceritakan kepadaku, "Aku mempunyai seorang saudari. Ia dilamar melalui diriku dan aku sangat selektif untuk calon suaminya. Ketika anak pamanku datang melamarnya, aku pun menerima dan menikahkan mereka. Ia kemudian menggauli saudariku Masya Allah Ta‘ala, lalu ia menceraikannya dengan talak yang masih bisa rujuk. Tapi ia tidak merujuknya sampai habis masa iddah saudariku itu. Kemudian, ia datang lagi melamarnya layaknya pelamar yang kin. Aku lalu berkata kepadanya, 'Aku menolak banyak lamaran untuk saudariku dan aku bersedia menikahkannya denganmu, lalu engkau ceraikan dia dan masih bisa rujuk dan engkau tidak merujuknya sampai habis masa iddah-nya. Sekarang, ketika ia boleh dilamar siapa pun engkau datang melamarnya lagi?! Jangan harap aku sudi menikahkanmu dengannya lagi.' Maka turunlah firman Allah, 'Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya, maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal suaminya. ' (Qs. Al Baqarah [2]: 232) Aku kemudian membayar kafarat sumpahku dan menikahkan lagi ia dengan saudariku." Maknanya mirip dengan hadits sebelumnya.