سنن الدارقطني ٣٦٢٦: نا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سُلَيْمَانَ بْنِ الْأَشْعَثِ , نا مُحَمَّدُ بْنُ عَوْفٍ , نا أَبُو الْيَمَانِ , أنا شُعَيْبٌ , عَنِ الزُّهْرِيِّ , ح وَنا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْمَاعِيلَ الْفَارِسِيُّ , نا أَبُو أُسَامَةَ الْحَلَبِيُّ , نا حَجَّاجُ بْنُ أَبِي مَنِيعٍ , نا جَدِّي , عَنِ الزُّهْرِيِّ , ح وَنا أَبُو طَالِبٍ أَحْمَدُ بْنُ نَصْرٍ الْحَافِظُ نا سُلَيْمَانُ بْنُ عَبْدِ الْحَمِيدِ , نا يَحْيَى بْنُ صَالِحٍ , نا إِسْحَاقُ بْنُ يَحْيَى , عَنِ الزُّهْرِيِّ , قَالَ: كَانَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ يُحَدِّثُ , أَنَّهُ سَأَلَ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: أَرَأَيْتِ قَوْلَ اللَّهِ تَعَالَى {وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ} لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثَلَاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَنْ لَا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ؟ , قَالَتْ: «أَيِ ابْنَ أُخْتِي هِيَ الْيَتِيمَةُ تَكُونُ فِي حَجْرِ وَلِيِّهَا فَيَرْغَبُ فِي جَمَالِهَا وَمَالِهَا وَيُرِيدُ أَنْ يَتَزَوَّجَهَا بِأَدْنَى مِنْ سُنَّةِ صَدَاقِهَا فَنُهُوا عَنْ نِكَاحِهِنَّ إِلَّا أَنْ تُقْسِطُوا لَهُنَّ فِي إِكْمَالِ الصَّدَاقِ وَأُمِرُوا بِنِكَاحِ مَنْ سِوَاهُنَّ مِنَ النِّسَاءِ» , قَالَتْ عَائِشَةُ: " ثُمَّ اسْتَفْتَى النَّاسُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ {يَسْتَفْتُونَكَ فِي النِّسَاءِ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِيهِنَّ وَمَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ فِي يَتَامَى النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا تُؤْتُونَهُنَّ مَا كُتِبَ لَهُنَّ وَتَرْغَبُونَ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ} [النساء: 127] " , قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: " فَبَيَّنَ اللَّهُ لَهُمْ فِي هَذِهِ الْآيَةِ أَنَّ الْيَتِيمَةَ إِذَا كَانَتْ ذَاتَ مَالٍ وَجَمَالٍ رَغِبُوا فِي نِكَاحِهَا وَلَمْ يُلْحِقُوهَا بِسُنَّتِهَا فِي إِكْمَالِ الصَّدَاقِ فَإِذَا كَانَتْ مَرْغُوبًا عَنْهَا فِي قِلَّةِ الْمَالِ وَالْجَمَالِ تَرَكُوهَا وَالْتَمَسُوا غَيْرَهَا مِنَ النِّسَاءِ، قَالَتْ: فَكَمَا يَتْرُكُونَهَا حِينَ يَرْغَبُونَ عَنْهَا، فَلَيْسَ لَهُمْ أَنْ يَنْكِحُوهَا إِذَا رَغِبُوا فِيهَا إِلَّا أَنْ يُقْسِطُوا لَهَا وَيُعْطُوهَا حَقَّهَا الْأَوْفَى مِنَ الصَّدَاقِ " , مَعْنَاهُمْ مُتَقَارِبٌ
Sunan Daruquthni 3626: Abdullah bin Sulaiman bin Al Asy'ats menceritakan kepada kami, Muhammad bin Auf menceritakan kepada kami, Abul Yaman menceritakan kepada kami, Syu'aib mengabarkan kepada kami dari Az-Zuhri, (h) Muhammad bin Ismail Al Farisi menceritakan kepada kami, Abu Usamah Al Halabi menceritakan kepada kami, Hajjaj bin Abu Mani' menceritakan kepada kami, kakekku menceritakan kepada kami dari AzZuhri, (h) Abu Thalib Ahmad bin Nashr Al Hafizh menceritakan kepada kami, Sulaiman bin Abdul Hamid menceritakan kepada kami, Yahya bin Shalih menceritakan kepada kami, Ishaq bin Yahya menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dia berkata: Urwah bin Az-Zubair menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah RA tentang firman Allah, "Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanitawanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki," ia berkata, "Keponakanku, maksudnya adalah gadis yatim yang berada dalam pemeliharaan walinya dan walinya itu tertarik dengan harta dan kecantikannya dan ia ingin menikahinya dengan (membayar) mahar terendah dari usianya. Maka dilaranglah menikahi mereka kecuali dengan membayar penuh mahar mereka. Selanjutnya wali-wali ini diperintahkan untuk menikahi wanita-wanita lain yang baik menurut mereka." Urwah berkata: selanjutnya Aisyah berkata: Kemudian orang-orang minta fatwa kepada Rasulullah SAW setelah turunnya ayat ini, maka Allah menurunkan ayat, "Dan mereka meminta fatwa kepadamu tentang para wanita. Katakanlah, 'Allah memberi fatwa kepadamu tentang mereka, dan apa yang dibacakan kepadamu dalam Al Quran (juga memfatwakan) tentang para wanita yatim yang kamu tidak memberikan kepada mereka apa yang ditetapkan untuk mereka, sedang kamu ingin mengawini mereka'. " (QS. An-Nisaa" [4]: 127). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa gadis yatim yang mempunyai harta dan memiliki rupa yang cantik apabila ingin dinikahi oleh walinya, tanpa mau memberikan mahar sesuai usia tertinggi mereka saat menikah. Akan tetapi bila gadis yatim tersebut tidak kaya dan tidak pula cantik maka mereka tidak mau menikahinya. Inilah yang dilarang. Maka dari itu, mereka diperintahkan untuk menikahi wanita-wanita lain saja. Aisyah lanjut berkata, "Sebagaimana mereka tidak sudi menikahinya bila tidak memiliki harta dan kecantikan, maka mereka juga tidak boleh menikahinya kecuali kalau bersedia memberikan mahar yang penuh dengan adil." Maknanya hampir mirip.